Archive for Mei 2015

Klasifikasi Lingkungan Pengendapan Menurut Robertson (1985)


Pembagiannya zona lingkungan pengendapan Robertson (1985)  lebih banyak dibanding klasifikasi lainya, dimana dijelaskan juga fosil-fosil yang hidup bukan pada Iingkungan marin saja. 
Berikut pembagian zona ligkungan pengendapan menuru  Robertson (1985)
 
1.Non marine/supralithoral : alluvial, delta dimana tidak dijumapi kehadiran  foraminifera planktonik maupun benthos

2.Transisi/lithoral, terdiri dari :
  • - Pasir pantai : quinqueloculina, milionella, ammonia beccarii, elphydium,
  • - Rawa
  • Hypersalin : miliolidae. Elphydium
  • - Estuary : miliammina, ammobaculites, ammonia beccarii, elphydium
  • - Lagoon : ammotium, miliammina fusca, ammonia beccarii, elphydium, pratelphydium, quinqueloculina, triloculina, glabratella, 
                Payau : haplophragmoides wilberti. Miliammina, trochammina laevigata.
                Air hipersalin : miliammina, ammotium, trochammina, elphydium,
                Air normal : miliolidae, ammonia

3.Marine, terdiri dari :
  • - Inner shelf 0 – 20 meters : Cibicides, planorbulinella, massilina, pscudorotalia, loxostomum, asterorocalia, amphistegina lessonii
  • - Middle shelf : 20 – 100 meters : Operculina, amphistegina guoyi, Cibicides, planorbulinella, massilina, pscudorotalia, loxostomum, asterorocalia, amphistegina lessonii.
  • - Outer shelf : 100 – 200 meters Gyroidina, pullenia, uvigerina, bulimina,
  • - Upper slope : 200 – 1000 meters: Martinotiella, karreriella, pullenia, chilostonella, uvigerina, globocassidulina
  • - Lower slope : 1000 – 4000 meters: Milionis, leticarina, cibicides wullerstorfi, cyclammina cancellata.
Untuk softcopy Klasifikasi Lingkungan Pengendapan Menurut Robertson (1985), bisa sobat download pada link berikut,.
Semoga bisa bermanfaat..

Klasifikasi Lingkungan Pengendapan Menurut Robertson (1985)
Klasifikasi Lingkungan Pengendapan Menurut Robertson (1985)

Tabel dan  Klasifikasi Lingkungan Pengendapan Menurut Robertson (1985)
Tabel Kosong Klasifikasi Lingkungan Pengendapan Menurut Robertson (1985)
Minggu, 31 Mei 2015
Posted by Unknown

Klasifikasi Lingkungan Pengendapan Menurut Bandy (1967)

Bandy (1967) mempergunakan Teluk Meksiko sebagai studi kasus dan menambahkan penelitiannya pada Pasifik bagian timur untuk menentukan biofasies dasar laut. . Bandy (1967) membuat klasifikasi lingkungan pengendapan fosil bentonik kedalam beberpa zona sebagai berikut :

  1. Habitat sungai – lingkungan sungai yang bebas dari pengaruh arus, mengandung foraminifera air tawar seperti Leptodermella, Urnulina, Lagunculina, dan Protoneina
  2. Habitat rawa – lingkungan air payau yang mengandung foraminifera arenaceous seperti Ammotium, Trochammina, dan Miliammina
  3. Habitat lagoon – fauna air payau masih dijumpai, ditambah dengan fauna lagun seperti Ammonia dan Elphidium. Bahkan jumlah Ammonium beccarii mencapai 70-80 %
  4. Habitat fluvial – marine – lingkungan muara sungai, berkembang satu spesies unik, yaitu Palmerinella gardenislandensis (Lankford,1959)
  5. Habitat pantai terbuka – lingkungan dengan energi tinggi didominasi fauna yang berukuran lebih besar seperti Elphidium spp, Ammonia beccarii vars, golongan Millioli dan Amphistegina
  6. Lingkungan laut terbuka:
  1. Zona neritik tepi : (0-100 kaki = 0-30,48 m) dijumpai antara lain Ammonia beccarii, Elphidium spp, golongan Milliolidae, Eggerella advena dan Textularia
  2. Zona neritik tengah : (100-300 kaki = 30,84-91,44 m) dijumpai antara lain fauna sebelumnya, ditambah dengan Eponides anttilarum, Cibicides sp, Robulus, Cassidulina subglobosa dsb.
  3. Zona neritik luar : (300-600 kaki = 91,44-182,88 m) dijumpai antara lain Bulimina, Marginulina, Siphonina, dan Uvigerina
  4. Zona bathyal atas : (600-1500 kaki = 182,88-457,2 m) dijumpai antara lain Uvigerina spp, Bulimina, Valvulinerina, Bolivina, dan Gyroidina soldonii
  5. Zona bathyal tengah : (1500-3000 kaki = 457,2-914,4 m) dijumpai antara lain Cyclammina cancellata, Hoeglundina elegans, Chilostomella oolina, Cibicides wullerstorfi, dan Cibicides rugosus
  6. Zona bathyal bawah : (3000-6000 kaki = 914,4-1828,8 m) dijumpai antara lain Cibicides wuellerstorfi, Melonis barleeanus, Uvigerina haspida, dan Oridorsalis umbonatus
  7. Zona abyssal : 6000-16000 kaki = 1828,8-4876,8 m) dijumpai antara lain Melonis pompiloides, Uvigerina ampulocea, Bulimina rostrata, Cibicides mexicanus, dan Eponides tumidulus
  8. Zona hadal : >16000 kaki (>4876,8 m) dijumpai antara lain Bathysipon dan Recurvoides turbinatus


Klasifikasi Lingkungan Pengendapan Menurut Bandy (1967)
Klasifikasi Lingkungan Pengendapan Menurut Bandy (1967)


Untuk softcoy tabel Klasifikasi Lingkungan Pengendapan Menurut Bandy (1967) dapat sobat unduh pada link dibawah ini, have a nice day,,


Klasifikasi Lingkungan Pengendapan Menurut Bandy (1967)

Sabtu, 30 Mei 2015
Posted by Unknown

Klasifikasi Lingkungan Pengendapan Menurut Boltovskoy dan Wright (1976)

 Pada kesempatan kali ini admin akan membagikan salah satu klasifikiasi lingkunga pnegendapan yang admin gunakan semasa mepelajari matakuliah mikropaleontologi. Boltovskoy & Wright (1976) membuat klasifikasi lingkungan pengendapan berdasarkan keterdapatan fosil bentonik dan kedalamanya yang dibagi menjadi beberapa zona, antara lain :

  1. Intertial zone : Ammonia beccarii, Elphidium, Discorbis, Buliminella, dan Cibicides.
  2. Inner neritic (shelf) zone (0-30 m) : Elphidium, Ammonia, Quinqueloculina, dan Cibicides, Poroeponides.
  3. Middle neritic (shelf) zone (30-100 m): Textularia, Trochammina, Ammonia, Elphidium, Quinqueloculina, Triloculina, Priroculina, Discorbis, Buliminella, Amphistegina, Peneroplis, Archaias, Haterostegina  dan Bucella.
  4. Outer neritic (shelf) zone (100-130 m): Lagena, Bulimina, Cibicides Nonionella Uvigerina, Cassidulina. Nonionella, Uvigerina, Fussenkoina dan Pullenia.
  5. Upper and Middle Bathyal zone (130-1000 m): Bolivina, Uvigerina, Cassidulina, Gyroidina, Pyrgo, Bulimina, Pullenia dan Cibicides.
  6. Lower Bathyal zone (1000-3000 m):  Oridorsalis, Stilostomella, Pleurostomella, Melonis, Gyroidina, Globocassidulina, Cibicides,  Epistominella. Pyrgo, dan Egrella.
  7. Abyssal zone (3000-5000 m): Bathysiphon, Cyclammina, Haplophragmoides, Rhabdammina, dan Cribrostomoides

lingkungan pengendapan menurut Boltovskoy  dan Wright (1976)
Lingkungan pengendapan menurut Boltovskoy  dan Wright (1976)

Admin bagikan softcopy Tabel dan Klasifikasi Lingkungan Pengendapan Menurut Boltovskoy  dan Wright (1976). Silahkan sobat geologi download, semoga bermanfaat,


Tabel lingkungan pengendapan menurut Boltovskoy  dan Wright (1976)
Tabel kosong lingkungan pengendapan menurut Boltovskoy  dan Wright (1976)



Posted by Unknown

Klasifikasi Lingkungan Pengendapan Menurut Natland (1933)

Klasifikasi Lingkungan Pengendapan Menurut Natland (1933) 

Natland (1933) membagi lingkungan pengendapan berdasarkan kandungan fosil foraminifera bentonik kedalam 4 zona dengan kedalaman dan temperatur tertentu. 
  1. Zona I, dengan kedalaman 0-15 m, temperatur 0-270C, kandungan fosilnya yaitu Elphidium, Rotalia, Quinqueclocilina, Ammobaculites dan  Eggrella
  2. Zona II, dengan kedalaman 15-90 m, dengan temperatur 3-160C, kandungan fosilnya Cibicides, Proteonina, Elphidium, Quinqueloculina, Triloculina, Guttulina dan  Bulimina.
  3. Zona III, dengan kedalaman 90-300 m, temperatur 9-130C, kandungan fosilnya yaitu Gaudryna, Pseudoclavulina, Robulus, Marginulina, Nonion, Nonionella, Cryoidina, Virgulina, Discorbis, Eponides, Epistomina, Cassiduldnoides dan  Textularia
  4. Zona IV, dengan kedalaman 300-1000 m, temperatur 5-80C, kandungan fosilnya yaitu Listerella, Bulimina, Cryoidina,Nonion, Angulogerina, Uvigerina, Cassidulina, Bolivina, Valvulina, dan  Pseudoglandulina.



    Berikut admin bagikan file klasfikasi lingkungan pengendapan natland (1933) dalam bentuk soft copy, semoga bisa bermanfaat.

    Tabel dan Klasifikasi Lingkungan Pengendapan Menuru Natland (1933)
    Tabel kosong Klasifikasi Lingkungan Pengendapan Menuru Natland (1933) 




































Posted by Unknown

Analisis Struktur Cpht 1 : Dasar Proyeksi Stereografis

      Pada postingan kali ini admin akan membahas lebih dalam lagi mengenai proyeksi stereografis yakni bagaimana sebuah bidang dan garis dengan orientasi tertentu terproyeksikan dalam proyeksi stereografis. Pemahaman mengenai dasar proyeksi dapat mempermudah sobat geologi dalam mempelajari teknik-teknik dalam proyeksi stereografis yang akan admin share pada postingan selanjutnya. Sebelum membahas mengenai dasar proyeksi stereografis, untuk mempermudah pemahaman sobat, admin menganjurkan untuk menguasai materi mengenai unsur-unsur geometri dalam struktur geologi dan jenis-jenis proyeksi stereografis yang telah admin bahas pada postingan sebelumnya. Kedua materi tersebut memilki keterkaitan erat dengan materi yang akan kita bahas. 

      Proyeksi stereografis memproyeksikan orientasi titik, garis dan bidang dalam ruang tiga dimensi kedalam dua dimensi menggunakan stereonet. Hasil proyeksinya disebut seterogram. Stereonet merupakan proyektor berbentuk lingkaran, seperti bola bumi stereonet memiliki kutub, garis meridian dan garis ekuator. Garis membujur pada stereonet disebut small circle sedangkan garis melintang disebut great circle. Kutub utara merupakan titik teratas dari seteronet, sementara itu titik terbawah berada pada titik paling bawah. Lingkaran primitif atau disebut primitive circle lingkaran terluar stereonet. Garis ekuator adalah garis melintang yang membagi dua sisi utara dan selatan kedalam bagian yang sama. 


Bagian-bagian stereonet dan  Pembagian sudut dalam stereonet

(a) Bagian-bagian stereonet (b) Pembagian sudut dalam stereonet


       Grid-grid pada stereonet dibagi menjadi dua dengan interval 10 derajat   disepanjang lingkaran primitif dan garis equator.  Grid pada lingkaran primitif bernilai 0-360 derajat dihitung dari kutub utara sedangkan garis equator bernilai 0-90 derajat dihitung dari kedua sisi tepi menuju pusat lingkaran stereonet. Strike dan Bearing di baca disekitar lingkaran primitiv, sedangkan dip dan plunge dibaca disekitar garis ekuator. 

.

Perhatikan gambar diatas, mari kita membuat beberapa analogi :
1.    Bidang OAPE pada gambar diatas dapat kita analogikan sebuah bidang perlalapisan batuan yang telah mengalami struktur.  Bidang OAEP memilki alititude yang terdiri dari trend pada  OA tehadap arah uatra (N) dan inklinasi/dip/plunge pada OE terhadap OG, serta apparent dip yang memiliki tend pada OH dan plunge pada OC terhadap OH.
2.    Garis OB yang terletak pada bidang OAPE pada gambar diatas dapat kita analogikan sebuah liniasi perlalapisan batuan.  Garis OB memilki pitch terhadap OA pada OB, Plunge pada OB terhadap OF dan Trend pada OF tehadap arah utara (N).

Perhatikan hasil proyeksi spherichal dan proyeksi stereografis bidang dan garis diatas pada gambar dibawah ini:

Hasil proyeksi spherical bidang OAPE

Hasil proyeksi stereografis/stereogram bidang OAPE

Berdasarkan hasil proyeksi diatas dapat ditarik beberapa kesimpulan :
1.    Sebuah bidang pada stereonet akan terproyeksikan sebagai garis pada great circle, strike / trend dihitung disepanjang lingkaran primitif dari kutub utara searah jarum jam,  sedangkan dip dihitung sejajar ekuator dari tepi lingkaran menuju pusat lingkaran.
2.    Sebuah garis pada stereonet akan terproyeksikan sebagai titik dengan trend dan pitch  dihitung disepanjang lingkaran primitif dari kutub utara utara searah jarum jam sedangkan plunge dihitung sejajar ekuator dari tepi lingkaran menuju pusat lingkaran.
3.    Sebuah garis yang terletak pada suatu bidang (misalnya liniasi) pada stereonet akan terproyeksikan sebagai sebuah titik pada great circle hasil proyeksi bidang dimana garis tersebut berada.

Sekian ilmu yang dapat admin bagikan hari ini, pada postingan selanjutnya admin akan menulis tentang  cara memproyeksikan elemen-elemen geometri berupa garis dan bidang kedalam stereonet.
Have a nice day sobat, :)


Minggu, 03 Mei 2015
Posted by Unknown

Popular Post

- Copyright © Keybedd 12 -Metrominimalist- Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -