Archive for 2015

Lingkungan Pengendapan Menurut Tipsword (1966)

        Tipsword, Setzer dan Smith (1966) menyusun klasifikasi "Zona bathymetri untuk lingkungan pengendapan marine berdasarkan  data asosiasi mikrofosil & rasio P/B dari Teluk Mexico, digabungkan dengan data asosiasi Iitologi, sedimentologi & tektoniknya. Klasifikasinya dapat digunakan untuk dasar penentuanpaleobatimetri batuan Kenozoikum. Dari penelitiannya diusulkan 8 zona Iingkungan pengendapan sbb :

  1. Darat: Miskin fauna
  2. Transisi: air asin, teluk, payau, lagoon, estuarine.
  3. Paparan dalam - laut terbuka yang terdangkal (neritik dalam) kedalamannya 0 meter - 20 meter (0-66 ft)
  4. Paparan tengah - laut terbuka intermediate (neritik tengah) kedalaman 20 meter – 100 meter (66-328 ft)
  5. Paparan luar - laut terbuka lebih dalam (neritik luar) kedalamn 100 meter -200 meter (328-656 ft).
  6. Lereng atas - laut dalam (bathyal atas) kedalaman 200 meter – 500 meter (656-1640ft).
  7. Lereng bawah - laut dalam (bathyal bawah) kedalaman 500 meter - 2000 meter (1640-5650 ft).
  8. Abysal - laut dalam lebih besar 2000 meter, lebih besar dari 6560 ft.

             Dibawah ini adalah zona ekologi foraminifera benthos sebagai penciri daerah intertidal menurut Tispword, dkk (1966) pada daerah Gulf Coast untuk Jaman resen.

Lingkungan Pengendapan Menurut Tipsword (1966)
Lingkungan Pengendapan Menurut Tipsword (1966)



Pembagian Lingkungan Laut
(Tipsword, dkk., 1966)

Untuk softcopy klasifikasi Lingkungan Pengendapan Menurut Tipsword (1966) silahkan sobat download melalui link dibawah ini,..

semoga bermanfaat, :)
Lingkungan Pengendapan Menurut Tipsword (1966)
Tabel kosong Lingkungan Pengendapan Menurut Tipsword (1966)

Kamis, 04 Juni 2015
Posted by Unknown

Klasifikasi Lingkungan Pengendapan Menurut Robertson (1985)


Pembagiannya zona lingkungan pengendapan Robertson (1985)  lebih banyak dibanding klasifikasi lainya, dimana dijelaskan juga fosil-fosil yang hidup bukan pada Iingkungan marin saja. 
Berikut pembagian zona ligkungan pengendapan menuru  Robertson (1985)
 
1.Non marine/supralithoral : alluvial, delta dimana tidak dijumapi kehadiran  foraminifera planktonik maupun benthos

2.Transisi/lithoral, terdiri dari :
  • - Pasir pantai : quinqueloculina, milionella, ammonia beccarii, elphydium,
  • - Rawa
  • Hypersalin : miliolidae. Elphydium
  • - Estuary : miliammina, ammobaculites, ammonia beccarii, elphydium
  • - Lagoon : ammotium, miliammina fusca, ammonia beccarii, elphydium, pratelphydium, quinqueloculina, triloculina, glabratella, 
                Payau : haplophragmoides wilberti. Miliammina, trochammina laevigata.
                Air hipersalin : miliammina, ammotium, trochammina, elphydium,
                Air normal : miliolidae, ammonia

3.Marine, terdiri dari :
  • - Inner shelf 0 – 20 meters : Cibicides, planorbulinella, massilina, pscudorotalia, loxostomum, asterorocalia, amphistegina lessonii
  • - Middle shelf : 20 – 100 meters : Operculina, amphistegina guoyi, Cibicides, planorbulinella, massilina, pscudorotalia, loxostomum, asterorocalia, amphistegina lessonii.
  • - Outer shelf : 100 – 200 meters Gyroidina, pullenia, uvigerina, bulimina,
  • - Upper slope : 200 – 1000 meters: Martinotiella, karreriella, pullenia, chilostonella, uvigerina, globocassidulina
  • - Lower slope : 1000 – 4000 meters: Milionis, leticarina, cibicides wullerstorfi, cyclammina cancellata.
Untuk softcopy Klasifikasi Lingkungan Pengendapan Menurut Robertson (1985), bisa sobat download pada link berikut,.
Semoga bisa bermanfaat..

Klasifikasi Lingkungan Pengendapan Menurut Robertson (1985)
Klasifikasi Lingkungan Pengendapan Menurut Robertson (1985)

Tabel dan  Klasifikasi Lingkungan Pengendapan Menurut Robertson (1985)
Tabel Kosong Klasifikasi Lingkungan Pengendapan Menurut Robertson (1985)
Minggu, 31 Mei 2015
Posted by Unknown

Klasifikasi Lingkungan Pengendapan Menurut Bandy (1967)

Bandy (1967) mempergunakan Teluk Meksiko sebagai studi kasus dan menambahkan penelitiannya pada Pasifik bagian timur untuk menentukan biofasies dasar laut. . Bandy (1967) membuat klasifikasi lingkungan pengendapan fosil bentonik kedalam beberpa zona sebagai berikut :

  1. Habitat sungai – lingkungan sungai yang bebas dari pengaruh arus, mengandung foraminifera air tawar seperti Leptodermella, Urnulina, Lagunculina, dan Protoneina
  2. Habitat rawa – lingkungan air payau yang mengandung foraminifera arenaceous seperti Ammotium, Trochammina, dan Miliammina
  3. Habitat lagoon – fauna air payau masih dijumpai, ditambah dengan fauna lagun seperti Ammonia dan Elphidium. Bahkan jumlah Ammonium beccarii mencapai 70-80 %
  4. Habitat fluvial – marine – lingkungan muara sungai, berkembang satu spesies unik, yaitu Palmerinella gardenislandensis (Lankford,1959)
  5. Habitat pantai terbuka – lingkungan dengan energi tinggi didominasi fauna yang berukuran lebih besar seperti Elphidium spp, Ammonia beccarii vars, golongan Millioli dan Amphistegina
  6. Lingkungan laut terbuka:
  1. Zona neritik tepi : (0-100 kaki = 0-30,48 m) dijumpai antara lain Ammonia beccarii, Elphidium spp, golongan Milliolidae, Eggerella advena dan Textularia
  2. Zona neritik tengah : (100-300 kaki = 30,84-91,44 m) dijumpai antara lain fauna sebelumnya, ditambah dengan Eponides anttilarum, Cibicides sp, Robulus, Cassidulina subglobosa dsb.
  3. Zona neritik luar : (300-600 kaki = 91,44-182,88 m) dijumpai antara lain Bulimina, Marginulina, Siphonina, dan Uvigerina
  4. Zona bathyal atas : (600-1500 kaki = 182,88-457,2 m) dijumpai antara lain Uvigerina spp, Bulimina, Valvulinerina, Bolivina, dan Gyroidina soldonii
  5. Zona bathyal tengah : (1500-3000 kaki = 457,2-914,4 m) dijumpai antara lain Cyclammina cancellata, Hoeglundina elegans, Chilostomella oolina, Cibicides wullerstorfi, dan Cibicides rugosus
  6. Zona bathyal bawah : (3000-6000 kaki = 914,4-1828,8 m) dijumpai antara lain Cibicides wuellerstorfi, Melonis barleeanus, Uvigerina haspida, dan Oridorsalis umbonatus
  7. Zona abyssal : 6000-16000 kaki = 1828,8-4876,8 m) dijumpai antara lain Melonis pompiloides, Uvigerina ampulocea, Bulimina rostrata, Cibicides mexicanus, dan Eponides tumidulus
  8. Zona hadal : >16000 kaki (>4876,8 m) dijumpai antara lain Bathysipon dan Recurvoides turbinatus


Klasifikasi Lingkungan Pengendapan Menurut Bandy (1967)
Klasifikasi Lingkungan Pengendapan Menurut Bandy (1967)


Untuk softcoy tabel Klasifikasi Lingkungan Pengendapan Menurut Bandy (1967) dapat sobat unduh pada link dibawah ini, have a nice day,,


Klasifikasi Lingkungan Pengendapan Menurut Bandy (1967)

Sabtu, 30 Mei 2015
Posted by Unknown

Klasifikasi Lingkungan Pengendapan Menurut Boltovskoy dan Wright (1976)

 Pada kesempatan kali ini admin akan membagikan salah satu klasifikiasi lingkunga pnegendapan yang admin gunakan semasa mepelajari matakuliah mikropaleontologi. Boltovskoy & Wright (1976) membuat klasifikasi lingkungan pengendapan berdasarkan keterdapatan fosil bentonik dan kedalamanya yang dibagi menjadi beberapa zona, antara lain :

  1. Intertial zone : Ammonia beccarii, Elphidium, Discorbis, Buliminella, dan Cibicides.
  2. Inner neritic (shelf) zone (0-30 m) : Elphidium, Ammonia, Quinqueloculina, dan Cibicides, Poroeponides.
  3. Middle neritic (shelf) zone (30-100 m): Textularia, Trochammina, Ammonia, Elphidium, Quinqueloculina, Triloculina, Priroculina, Discorbis, Buliminella, Amphistegina, Peneroplis, Archaias, Haterostegina  dan Bucella.
  4. Outer neritic (shelf) zone (100-130 m): Lagena, Bulimina, Cibicides Nonionella Uvigerina, Cassidulina. Nonionella, Uvigerina, Fussenkoina dan Pullenia.
  5. Upper and Middle Bathyal zone (130-1000 m): Bolivina, Uvigerina, Cassidulina, Gyroidina, Pyrgo, Bulimina, Pullenia dan Cibicides.
  6. Lower Bathyal zone (1000-3000 m):  Oridorsalis, Stilostomella, Pleurostomella, Melonis, Gyroidina, Globocassidulina, Cibicides,  Epistominella. Pyrgo, dan Egrella.
  7. Abyssal zone (3000-5000 m): Bathysiphon, Cyclammina, Haplophragmoides, Rhabdammina, dan Cribrostomoides

lingkungan pengendapan menurut Boltovskoy  dan Wright (1976)
Lingkungan pengendapan menurut Boltovskoy  dan Wright (1976)

Admin bagikan softcopy Tabel dan Klasifikasi Lingkungan Pengendapan Menurut Boltovskoy  dan Wright (1976). Silahkan sobat geologi download, semoga bermanfaat,


Tabel lingkungan pengendapan menurut Boltovskoy  dan Wright (1976)
Tabel kosong lingkungan pengendapan menurut Boltovskoy  dan Wright (1976)



Posted by Unknown

Klasifikasi Lingkungan Pengendapan Menurut Natland (1933)

Klasifikasi Lingkungan Pengendapan Menurut Natland (1933) 

Natland (1933) membagi lingkungan pengendapan berdasarkan kandungan fosil foraminifera bentonik kedalam 4 zona dengan kedalaman dan temperatur tertentu. 
  1. Zona I, dengan kedalaman 0-15 m, temperatur 0-270C, kandungan fosilnya yaitu Elphidium, Rotalia, Quinqueclocilina, Ammobaculites dan  Eggrella
  2. Zona II, dengan kedalaman 15-90 m, dengan temperatur 3-160C, kandungan fosilnya Cibicides, Proteonina, Elphidium, Quinqueloculina, Triloculina, Guttulina dan  Bulimina.
  3. Zona III, dengan kedalaman 90-300 m, temperatur 9-130C, kandungan fosilnya yaitu Gaudryna, Pseudoclavulina, Robulus, Marginulina, Nonion, Nonionella, Cryoidina, Virgulina, Discorbis, Eponides, Epistomina, Cassiduldnoides dan  Textularia
  4. Zona IV, dengan kedalaman 300-1000 m, temperatur 5-80C, kandungan fosilnya yaitu Listerella, Bulimina, Cryoidina,Nonion, Angulogerina, Uvigerina, Cassidulina, Bolivina, Valvulina, dan  Pseudoglandulina.



    Berikut admin bagikan file klasfikasi lingkungan pengendapan natland (1933) dalam bentuk soft copy, semoga bisa bermanfaat.

    Tabel dan Klasifikasi Lingkungan Pengendapan Menuru Natland (1933)
    Tabel kosong Klasifikasi Lingkungan Pengendapan Menuru Natland (1933) 




































Posted by Unknown

Analisis Struktur Cpht 1 : Dasar Proyeksi Stereografis

      Pada postingan kali ini admin akan membahas lebih dalam lagi mengenai proyeksi stereografis yakni bagaimana sebuah bidang dan garis dengan orientasi tertentu terproyeksikan dalam proyeksi stereografis. Pemahaman mengenai dasar proyeksi dapat mempermudah sobat geologi dalam mempelajari teknik-teknik dalam proyeksi stereografis yang akan admin share pada postingan selanjutnya. Sebelum membahas mengenai dasar proyeksi stereografis, untuk mempermudah pemahaman sobat, admin menganjurkan untuk menguasai materi mengenai unsur-unsur geometri dalam struktur geologi dan jenis-jenis proyeksi stereografis yang telah admin bahas pada postingan sebelumnya. Kedua materi tersebut memilki keterkaitan erat dengan materi yang akan kita bahas. 

      Proyeksi stereografis memproyeksikan orientasi titik, garis dan bidang dalam ruang tiga dimensi kedalam dua dimensi menggunakan stereonet. Hasil proyeksinya disebut seterogram. Stereonet merupakan proyektor berbentuk lingkaran, seperti bola bumi stereonet memiliki kutub, garis meridian dan garis ekuator. Garis membujur pada stereonet disebut small circle sedangkan garis melintang disebut great circle. Kutub utara merupakan titik teratas dari seteronet, sementara itu titik terbawah berada pada titik paling bawah. Lingkaran primitif atau disebut primitive circle lingkaran terluar stereonet. Garis ekuator adalah garis melintang yang membagi dua sisi utara dan selatan kedalam bagian yang sama. 


Bagian-bagian stereonet dan  Pembagian sudut dalam stereonet

(a) Bagian-bagian stereonet (b) Pembagian sudut dalam stereonet


       Grid-grid pada stereonet dibagi menjadi dua dengan interval 10 derajat   disepanjang lingkaran primitif dan garis equator.  Grid pada lingkaran primitif bernilai 0-360 derajat dihitung dari kutub utara sedangkan garis equator bernilai 0-90 derajat dihitung dari kedua sisi tepi menuju pusat lingkaran stereonet. Strike dan Bearing di baca disekitar lingkaran primitiv, sedangkan dip dan plunge dibaca disekitar garis ekuator. 

.

Perhatikan gambar diatas, mari kita membuat beberapa analogi :
1.    Bidang OAPE pada gambar diatas dapat kita analogikan sebuah bidang perlalapisan batuan yang telah mengalami struktur.  Bidang OAEP memilki alititude yang terdiri dari trend pada  OA tehadap arah uatra (N) dan inklinasi/dip/plunge pada OE terhadap OG, serta apparent dip yang memiliki tend pada OH dan plunge pada OC terhadap OH.
2.    Garis OB yang terletak pada bidang OAPE pada gambar diatas dapat kita analogikan sebuah liniasi perlalapisan batuan.  Garis OB memilki pitch terhadap OA pada OB, Plunge pada OB terhadap OF dan Trend pada OF tehadap arah utara (N).

Perhatikan hasil proyeksi spherichal dan proyeksi stereografis bidang dan garis diatas pada gambar dibawah ini:

Hasil proyeksi spherical bidang OAPE

Hasil proyeksi stereografis/stereogram bidang OAPE

Berdasarkan hasil proyeksi diatas dapat ditarik beberapa kesimpulan :
1.    Sebuah bidang pada stereonet akan terproyeksikan sebagai garis pada great circle, strike / trend dihitung disepanjang lingkaran primitif dari kutub utara searah jarum jam,  sedangkan dip dihitung sejajar ekuator dari tepi lingkaran menuju pusat lingkaran.
2.    Sebuah garis pada stereonet akan terproyeksikan sebagai titik dengan trend dan pitch  dihitung disepanjang lingkaran primitif dari kutub utara utara searah jarum jam sedangkan plunge dihitung sejajar ekuator dari tepi lingkaran menuju pusat lingkaran.
3.    Sebuah garis yang terletak pada suatu bidang (misalnya liniasi) pada stereonet akan terproyeksikan sebagai sebuah titik pada great circle hasil proyeksi bidang dimana garis tersebut berada.

Sekian ilmu yang dapat admin bagikan hari ini, pada postingan selanjutnya admin akan menulis tentang  cara memproyeksikan elemen-elemen geometri berupa garis dan bidang kedalam stereonet.
Have a nice day sobat, :)


Minggu, 03 Mei 2015
Posted by Unknown

Proyeksi Stereografis dalam Analisis Struktur

      Proyeksi stereografis merupakan salah satu metode yang dapat digunakan dalam menganalisis struktur geologi. Proyeksi stereografis adalah gambaran dua dimensi atau proyeksi dari permukaan sebuah bola sebagai tempat orientasi geometri bidang dan garis (Ragan, 1985).   Proyeksi stereografis memproyeksikan garis dan bidang  kedalam bidang proyeksi biasanya berupa permukaan setengah bola bagian bawah (lower hemisphere).  Proyeksi stereografis dapat memecahkan masalah yang berkaitan dengan geometri berupa besaran arah dan sudut dalam analisa geomoetri struktur geologi karena proyeksi ini dapat menggambarkan geometri kedudukan atau orientasi bidang dan garis dalam bidang proyeksi yang digunakan.


Proyeksi stereografis terdiri dari beberapa macam, antara lain :

    Equal angle projection
    Equal area projection
    Orthogonal projection
    Polar projection

1.  Equal angle projection
      

            Proyeksi equal angle  lebih umum disebut dengan proyeksi stereografis. Proyeksi ini dibuat berdasarkan pembagian sama sudut dari garis yang ditarik melalui Zenith ke setiap titik pada lingkaran besar , yang proyeksinya pada bidang equator berupa stereogram. Dengan memproyeksikan berbagai bidang dengan jurus Utara – Selatan dengan arah kemiringan ke Barat dan ke Timur akan di dapat berbagai jaring meridian.  Hasil penggambaran pada bidang proyeksi disebut stereogram. Pada stereogram terdapat dua pola lingkaran, yaitu yang membujur N-S disebut lingkaran besar dan yang melintang E-W disebut lingkaran kecil. Hasil proyeksi equal angle dikenal dengan wulf nett.


Proyeksi equal angle sebuah bidang
Wulf nett

2.  Equal area projection
      

          Proyeksi equal area merupakan proyeksi yang akan menghasilkan jarak titik pada bidang proyeksi yang sama dan sebanding dengan sebenarnya. Hasil dari equal area projection adalah suatu stereogram yang disebut dengan Schmidt Net.  Proyeksi ini lebih umum digunakan dalam analisis data statistik karena kerapatan hasil ploting menunjukkan keadaan yang sebenarnya.

Schmidt Net

Proyeksi Equal Area

3. Orthogonal Projection

           Pada  proyeksi orthogonal titik-titik pada permukaan bola diproyeksikan tegak lurus pada bidang proyeksi, sehingga hasilnya kebalikan dari equal angle projection, yaitu lingkaran besar akan semakin renggang ke arah pusat. Stereogram dari proyeksi ini dikenal dengan Orthographic Net.



Proyeksi Orthogonal

4. Proyeksi Kutub

          Dengan proyeksi kutub (polar), baik garis maupun bidang digambarkan sebagai titik. Bila garis maka proyeksinya adalah proyeksi titik tembus garis tersebut dengan permukaan bola.  Polar net ini diperoleh dari equal area projection, sehingga apabila akan mengembalikan proyeksi kutub yang berupa titik ke dalam bidang (lingkaran besar) harus digunakan Schmidt Net.  Stereogram proyeksi kutub dinamakan Polar Net atau Billings Net


 
Proyeksi Kutub

Polar Net atau Billings Net.

       Proyeksi stereografi dapat membantu kita didalam menganalisis struktur- struktur geologi dan permasalahan- permasalahan yang berhubungan dengan geometri struktur geologi. Misalnya untuk menginterpretasikan arah tegasan yang bekerja pada suatu area dengan menggunakan perhitungan arah kekar yang dominan secara statistik, menginterpretasikan plunge dari sebuah lipatan, menginterpretasikan jenis sesar dari data kekar ataupun arah garis gores (slicken line) yang terdapat pada singkapan batuan yang ada dilapangan.


Kamis, 30 April 2015
Posted by Unknown

Unsur-unsur Geometri Struktur Geologi

      Geologi struktur adalah bagian dari ilmu geologi yang mempelajari tentang bentuk arsitektur batuan sebagai hasil dari proses deformasi. Salah satu cara menganalisa struktur adalah menganalisa secara geometri. Prinsip geometri suatu bidang atau garis adalah unsur yang mempunyai kedudukan atau orientasi yang pasti di dalam ruang dan hubungan antara satu dan lainnya dapat di deskripsikan. Suatu bidang atau garis harus mempunnyai komponen kedudukan(attitude), yang umumnya dinyatakan dalam kordinat grafis, arah dan besaran kecondongan(inklinasi).

      Geometri unsur struktur pada dasarnya terdiri dari dua unsur, yaitu : geometri bidang atau struktur bidang. biasanya membahas tentang bidang perlapisan, kekar, sesar, foliasi, sumbu lipatan, dan lain-lain. Serta geometri garis atau struktur garis, meliputi gores-garis, liniasi, perpotongan dua bidang, dan lain-lain.
  
1. Struktur Bidang

      Struktur bidang dalam geologi struktur  terdiri dari  struktur bidang riil dan struktur bidang semu. Struktur bidang riil ini merupakan struktur yang bentuk dan kedudukannya dapat diamati langsung di lapangan. Bidang perlapisan, bidang ketidakselarasan, bidang sesar, foliasi, serta kedudukan bidang yang terlipat merupakan struktur bidang riil. Sedangkan struktur semu merupakan struktur yang bentuk dan kedudukannya hanya bisa diketahui dari hasil analisa struktur bidang riil yang lainnya, contoh struktur bidang semu adalah bidang poros lipatan.   

 Dalam struktur bidang dikenal istilah-istilah, antara lain :
  1. Kedudukan(attitude) adalah batasan umum untuk orientasi dari bidang atau garis didalam ruang umumnya dihubungkan dengan koordinat geografi dan bidang horizontal , dan terdiri komponen arah dan kemiringan.
  2. Arah (trend) adalah arah dari suatu bidang horizontal, umumnya dinyatakan dengan azimuth atau besaran sudut horizontal dengan garis tertentu (Bearing). Kecondongan (inclination) adalah sudut vertikal yang diukur kearah bawah dari bidang horizontal ke suatu bidang atau garis dan apabila diukur pada bidang yang tidak tegak lurus strike disebut kemiringan semu(Apperent dip).
  3. Jurus (Strike) adalah arah garis horizontal yang terletak pada bidang miring Kemiringan
  4. Dip adalah sudut terbesar dari suatu bidang miring, yang diukur tegak lurus jurus. 



Unsur-unsur dalam Struktur Geologi

2. Struktur Garis

      Struktur garis adalah elemen geometri yang ditarik dari sebuah titik yang bergerak dan panjangnya hanya sepanjang jejak dan titik tersebut. Struktur garis tersebut bisa berupa garis lurus, garis lengkung maupun garis patah 
Dalam struktur bidang dikenal istilah-istilah, antara lain :
  1. Plunge yakni  sudut vertikal antara sebuah garis dengan proyeksi garis tersebut pada
    bidang horisontal.
  2. Trend yakni  jurus dari bidang vertikal yang melalui garis dan menunjukkan arah
    penunjaman garis tersebut.
  3. Pitch yakni sudut antara garis dengan jurus dari bidang yang memuat garis tersebut.





Posted by Unknown

Popular Post

- Copyright © Keybedd 12 -Metrominimalist- Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -